LAPORAN
KARYA WISATA
MOTTO
“Setiap pemikiran manusia adalah sebuah
perca kain yang berserakan, dan kita berpeluang menyajikannya menjadi sebuah
permadani yang indah dan menawan.”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT
atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya,
atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan laporan karya wisata ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman kami tentang daerah Bayat, menjadikan keterbatasan
kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga laporan karya
wisata ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka
cakrawala berpikir kita tentang daerah Bayat yang merupakan daerah kita sendiri.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan karya
wisata ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan guru
bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan laporan karaya wisata
ini.
Bayat, 28 April 2012
Hormat kami,
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………… 1
Motto ………………………………………………………………………………. 2
Kata Pengantar ……………………………………………………………….……. 3
Daftar Isi
…………………………………………………………………………... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 5
B. Tujuan Kunjungan …………………………………………………………. 6
C. Manfaat Kunjungan ………………………………………………………... 6
BAB II LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
A. Desa Melikan ……………………………………………………………… 7
B. Kompleks Makam Sunan Pandanaran …………………………………….. 11
BAB III
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 13
B. Saran ……………………………………………………………………... 13
LAMPIRAN - LAMPIRAN GAMBAR ………………………………………… 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Memasuki abad 21 di Daerah Bayat,
Klaten, Jawa Tengah masih ditemukan tradisi masa lalu yang masih tetap
berlangsung. Tradisi itu salah satunya adalah pembuatan barang-barang gerabah
yang terdapat di Desa Dolon, Kebun Dalem, Pager Jurang, Karang dan Kenteng.
Kepandaian membuat gerabah muncul
sejak masa bercocok tanam. Pada masa itu terjadi perubahan peradaban manusia,
yaitu perubahan tata kehidupan dari tingkat pengumpul makanan menjadi penghasil
makanan. Adanya tata kehidupan sebagai penghasil makanan memacu perkembangan
dan kemajuan di bidang-bidang lain seperti bidang pertanian dan peternakan.
Sejalan dengan perkembangan bidang-bidang tersebut lah pendukung kebudayaan
masa bercocok tanam mulai mengenal pertemuan dan pembuatan gerabah.
Tradisi pembuatan gerabah di daerah
Bayat, Klaten, Propinsi Jawa Tengah, masih mempergunakan cara-cara lama
(prasejarah) baik alat-alat yang digunakan, proses pembuatan maupun cara-cara
pembakarannya. Fungsi gerabah yang sebagian masih mempunyai persamaan dengan
fungsi gerabah masa prasejarah yaitu sebagai benda praktis dan religius.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diperkirakan bahwa tradisi pembuatan
gerabah di daerah Bayat merupakan unsur kebudayaan prasejarah yang masih tetap
berlangsung hingga saat ini. Walaupun peradaban modern telah masuk ke daerah
Bayat, masyarakat daerah Bayat masih menganut kebudayaan tersebut. Kebudayaan
tersebut memang pantas dan wajib untuk terus dilestarikan agar tidak hilang
karena peradaban modern.
Sunan Pandanaran adalah tokoh yang
berperan penting dalam psroses penyebaran agama Islam di daerah Bayat.
Masyarakat yang tinggal di dekat kompleks makam tersebut sangat menjaga
kelestarian makam. Makam tersebut selalu dijaga kebersihannya. Para peziarah
dilarang memakai alas kaki jika hendak berziarah ke makam. Jika berada di sekitar
makam peziarah/pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal negative, karena makam
tersebut merupakan tempat suci.
B.
Tujuan Kunjungan
Tujuan
dari kunjungan ini antara lain:
1.
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
yang lebih luas
2.
Menambah pengetahuan tentang daerah
Bayat.
3.
Mempelajari dan melestarikan kebudayaan
daerah Bayat.
4.
Mengetahui sejarah penyebaran agama
Islam ke daerah Bayat.
C. Manfaat
Kunjungan
Manfaat dari kunjungan antara lain :
1. Mengenal tempat-tempat yang menjadi ciri
khas daerah Bayat.
2. Mengetahui
asal usul dari tempat-tempat dan karya-karya seni daerah Bayat.
3. Mempererat kerjasama antar anggota
kelompok .
4. Dapat
menghargai budaya daerah sendiri.
BAB II
LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN
A.
Laporan Kunjungan
ke Desa Melikan
Kami melakukan kunjungan ini pada tanggal 28 April 2012. Untuk mencapai
Desa Melikan di Kecamatan Bayat tersebut hanya membutuhkan waktu 15 menit
dengan menggunakan sepeda motor. Kami melakukan kunjungan di desa penghasil
gerabah tersebut sejak pukul 09.00 sampai pukul 12.00 WIB.
Desa Malikan merupakan desa yang terkenal dengan gerabahnya. Hampir disepanjang
jalan di desa tersebut semua warganya adalah pengrajin gerabah. Gerabah
merupakan mata pencaharian utama warga di desa tersebut.
Pembuatan dapat dikatakan sulit dan juga dapat dikatakan mudah, sulit
bagi pemula dan mudah bagi yang sudah berpengalaman. Proses pembuatan gerabah
pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk setiap pengrajin, yang
membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan
proses pembentukan /perwujudan.
Yang membedakan pembuatan gerabah daerah Bayat dengan daerah lain adalah
alat yang digunakan untuk membentuk gerabah yang biasa disebut dengan perbot,
perbot yang biasa digunakan oleh para pembuat gerabah daerah Bayat adalah
perbot tegak dan perbot miring, perbot tegak biasanya digunakan oleh kaum
laki-laki, sedangkan perbot mirng yang merupakan ciri khas dari alat pembuatan
gerabah daerah Bayat biasanya digunakan oleh kaum perempuan, karena menurut
adat daerah tersebut kaum laki-laki lebiih baik menggunakan perbot tegak. Perbedaan
alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai
oleh masing-masing pengrajin gerabah.
Alat yang digunakan dalam pembuatan gerabah antara lain:
1. Perbot
a.
Perbot Tegak
b.
Perbot Miring
2. Cetakan
(Gipsum)
Gipsum digunakan untuk mencetak gerabah yang tidak dapat dibentuk dengan
perbot. Contohnya bentuk seperti bola, bentuk daun dll.
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan gerabah antara lain:
1. Tanah
Liat
Tanah liat merupakan bahan utama pembuatan gerabah. Macam-macam warna
tanah yang digunakan adalah merah, coklat, abu-abu, orange, hitam, putih. Warna
cerah biasanya untuk pembuatan gerbah dalam suhu tinggi, tanahnya biasanya
tanah yang berasal dari batu feldspar dan kaolin. Kaolin juga sering digunakan
untuk membuat keramik lantai. Sedangkan untuk membuat gerabah seperti tungku
dan kali menggunakan tanah hitm karena struktur tanahnya berpori-pori besar dan
mudah menyerap air. Bahan tanah liat awalnya berbentuk kasar seperti batu-batu
dalam ukuran kecil. Sebelum digunakan untuk membuat gerabah, terlebih dahulu
tanah tersebut digiling atau dihaluskan menggunakan alat yang sering disebut
dengan mollen.
2. Pasir
Untuk membuat gerabah biasa, tanah liat dapat dicampur dengan pasir 10%.
Tahapan proses pembuatan gerabah :
a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2). Mempersiapkan bahan campurannya
3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat
pengolahan bahan yang dimiliki pengrajin. Hampir semua pengrajin gerabah daerah
Bayat masih menggunakan alat tradisional. Walaupun begitu hasiln kerajinannya dapat
diperhitungkan nilai jualnya.
Pengolahan bahan
ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan
basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan pengrajin gerabah
tradisional di Bayat adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap
lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu,
tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Pengolahan bahan secara
kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Penumbukan bahan sampai halus.
2). Pengayakan hasil tumbukan
3).
Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir) dengan
komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan gerabah masing-masing.
Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek
sampai rata. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan
badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat badan gerabah pada
saat pembentukan dan pembakaran.
c. Tahap pembentukan badan gerabah.
Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik
putar dan teknik cetak. Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua
tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian
dekorasi/ornamen. Ornamen tersebut misalnya tempat mengalirnya air pada kendi.
Pada umumnya teknik cetak hanya digunakan jika badan gerabah tidak dapat
dibentuk dengan teknik putar.
d. Tahap
pengeringan.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari.
e. Tahap pembakaran.
Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali.
Gerabah tersebut dibakar disebuah alat yang masyarakat Desa Melikan sering
menyebutnya dengan tungku. Tungku tersebut berbentuk lingkaran yang biasanya
tersusun dari batu-bata, dibagian bawahnya terdapat celah kecilyang digunakan
untuk memasukkan kayu yang digunakan untuk membakar gerabah. Tungku tersebut
diameternya kurang lebih 1,5 meter, tingginya dari bagian untuk mengisi kayu
kurang lebih 1 meter.
d. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah
proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan
bahan lain. Untuk gerabah yang menggunakan warna-warna mengkilap cat yang
digunakan untuk mewarnai gerabah dapat dicampur dengan bensin atau minyak lain
yang sejenis.
B. Komplek Makam Sunan Pandanaran
Setelah mengetahui banyak informasi tentang proses pembuatan gerabah,
selanjutnya dilanjutkan kunjungan ke Kompleks Makam Sunan Pandanaran. Makam
Sunan Pandaran hingga kini masih dibanjiri para peziarah. Mereka datang dari
berbagai daerah, selain dari daerah Klaten dan sekitarnya juga berasal dari
kota- kota besar di tanah air. Terlebih pada malam Jum'at Legi dan Jum'at
Kliwon, kompleks makam penuh sesak orang yang hendak berziarah. Para pelajar
yang hendak mengikuti ujian sering
datang ke makam tersebut untuk meminta kemudahan dalam menghadapi ujian, banyak
yang percaya bahwa jika siswa datang berziarah ke mkam tersebut akan diberi
kemudahan namun banyak juga yang berkata hal lain.
Bukit tempat makam tersebut berada sering disebut dengan nama Gunung
Jabalkat. Jabalkat berasal dari kata Jabal Katt artinya Gunung yang tinggi dan
jauh. Banyak kalangan yang meyakini bila makam yang berada di puncak Gunung
Jabalkat dengan ketinggian 1.750 meter di atas permukaan air laut bisa
menghantarkan menjadi kaya raya dan melanggengkan kedudukan di Pemerintahan.
Kisaran tujuan seperti ini sebenarnya hanya napak tilas dari Sunan Pendanaran
yang konon amat kaya dan memegang kedudukan tinggi di Semarang sebelum disadarkan
oleh Sunan Kalijaga. Menurut sejarah, Sunan Pandanaran adalah Bupati pertama
Semarang. Semasa menjadi Bupati ia menggunakan nama Ki Ageng Pandanaran II. Dan
ketika menjadi penguasa nomor satu di Kabupaten Semarang ia terkenal dengan
kecongkaan dan kesombongannya. Selain itu, Ki Ageng Pandanaran II selalu mengagungkan
harta kekayaannya.
Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan
Pandanaran (II), Ki Ageng Pandanaran, atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar
agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita
lisan. Tokoh ini terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama
Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.
Ki Ageng Pandanaran pernah mendirikan Masjid yang diberi nama Masjid Gala
tepatnya di puncak gunung Jabalekat yang berada di desa Tembayat. Hingga akhir
hayatnya ia diberi tugas syiar Islam oleh Sunan Kalijaga daerah Bayat dan
sekitarnya. Perihal Masjid Gala yang di bangun oleh Sunan Pandanaran di atas
gunung Jabalekat itu punya cerita yang amat menarik pada waktu itu, jika Ki
Ageng Pandanaran tengah mengumandangkan adzan subuh dari masjid, konon suaranya
terdengar sampai keraton Demak yang jaraknya lebih dari 100 km dari Bayat.
Karena masih tidur dan merasa terganggu, ada seorang pejabat Demak yang
kemudian mengutus prajuritnya. Untuk mengingatkan adzan Ki Ageng Pandanaran
serta merta meminta untuk menurunkan letak masjidnya.
Lantaran kezuhudannya terhadap Allah SWT, sebelum utusan kerajaan Demak
tiba di Jabalekat terlebih dahulu Ki Ageng Pandanaran sudah menurunkan letak
masjid dari gunung Jabalekat sedikit ke bawah dengan di Bantu para santri dan
jin muslim. Konon dalam memindahkan kayu - kayu masjid, cukup diikatkan dengan
tali kain surbannya. Allah Maha Besar, melalui perantara hamba-Nya, Sunan
Pandanaran, masjid yang usianya lebih dari 500 tahun itu bisa dipindahkan cukup
hanya dengan beberapa tali sorban Sang Ulama Besar itu.
Jasa Sunan Pandanaran amat besar. Sampai kemudian Sunan Kalijaga berkenan
datang meresmikannya sebagai Wali pada malam Jum'at Kliwon dalam bulan ruwah
dengan gelar Sunan Tembayat.
BAB III
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa karya
seni milik negeri sendiri bahkan daerah sendiri wajib kita pelajari dan kita
lestarikan agar tidak lapuk termakan perkembangan zaman dan agar tidak diakui
oleh orang ataupun Negara lain. Karena karya seni seperti gerabah merupakan
peninggalan para nenek moyang. Dan pastilah nenek moyang kita menginginkan agar
kita dapat mencintai karya seni yang tak ternilai harganya tersebut.
Sejarah para sunan juga tidak boleh kita lupakan. Karena
dari tokoh tersebut kita dapat mencontoh sikap-sikap positif tokoh tersebut.
Kita dapat termotivasi untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain,
bangsa dan Negara, dan menjadi orang yang lebih baik dari tokoh-tokoh tersebut.
Sunan Pandanaran merupakan tokoh teladan, karena beliau telah berhasil membawa
agama Islam masuk ke daerah Bayat.
B.
Saran
Kita wajib mempelajari, mencintai sekaligus melestarikan
karya-karya seni yang begitu beragam di Negara tercinta kita ini, Indonesia.
Kita dapat memulainya dengan mempelajari karya seni daerah Bayat yaitu,
gerabah. Kita juga harus terus mengenang jasa-jasa para tokoh terdahulu seperti
Sunan Pandanaran, dengan cara meneladani sikap-sikap positifnya dalam
menyebarkan agama Islam di daerah Bayat.
LAMPIRAN LAMPIRAN GAMBAR
1.
Perbot miring
dan perbot tegak
2.
Cetakan
3.
Tungku pembakaran
4.
Almari pengeringan
5.
Macam-macam Gerabah
6.
Masjid buatan Sunan Pandanaran
7. Bangunan-bangunan disekitar kompleks makam
8.
Pendopo