Sabtu, 09 Juni 2012

Laporan Karya Wisata


LAPORAN KARYA WISATA

 







                                                                                   









MOTTO

“Setiap pemikiran manusia adalah sebuah perca kain yang berserakan, dan kita berpeluang menyajikannya menjadi sebuah permadani yang indah dan menawan.”




















KATA PENGANTAR

         Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan laporan karya wisata ini.
        Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang daerah Bayat, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
        Harapan kami, semoga laporan karya wisata ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang daerah Bayat yang merupakan daerah kita sendiri.
        Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan karya wisata ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan guru bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan laporan karaya wisata ini.

   Bayat, 28 April 2012
        Hormat kami,








DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………           1
Motto  ……………………………………………………………………………….           2
Kata Pengantar  ……………………………………………………………….…….           3
Daftar Isi  …………………………………………………………………………...            4
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………………………..             5
B.     Tujuan Kunjungan ………………………………………………………….            6
C.     Manfaat Kunjungan ………………………………………………………...            6
BAB II  LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
A.    Desa Melikan ………………………………………………………………             7
B.     Kompleks Makam Sunan Pandanaran ……………………………………..             11
BAB III 
A.    Kesimpulan ……………………………………………………………….               13
B.     Saran ……………………………………………………………………...               13
LAMPIRAN - LAMPIRAN GAMBAR …………………………………………              14







BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Memasuki abad 21 di Daerah Bayat, Klaten, Jawa Tengah masih ditemukan tradisi masa lalu yang masih tetap berlangsung. Tradisi itu salah satunya adalah pembuatan barang-barang gerabah yang terdapat di Desa Dolon, Kebun Dalem, Pager Jurang, Karang dan Kenteng.

Kepandaian membuat gerabah muncul sejak masa bercocok tanam. Pada masa itu terjadi perubahan peradaban manusia, yaitu perubahan tata kehidupan dari tingkat pengumpul makanan menjadi penghasil makanan. Adanya tata kehidupan sebagai penghasil makanan memacu perkembangan dan kemajuan di bidang-bidang lain seperti bidang pertanian dan peternakan. Sejalan dengan perkembangan bidang-bidang tersebut lah pendukung kebudayaan masa bercocok tanam mulai mengenal pertemuan dan pembuatan gerabah.

Tradisi pembuatan gerabah di daerah Bayat, Klaten, Propinsi Jawa Tengah, masih mempergunakan cara-cara lama (prasejarah) baik alat-alat yang digunakan, proses pembuatan maupun cara-cara pembakarannya. Fungsi gerabah yang sebagian masih mempunyai persamaan dengan fungsi gerabah masa prasejarah yaitu sebagai benda praktis dan religius. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diperkirakan bahwa tradisi pembuatan gerabah di daerah Bayat merupakan unsur kebudayaan prasejarah yang masih tetap berlangsung hingga saat ini. Walaupun peradaban modern telah masuk ke daerah Bayat, masyarakat daerah Bayat masih menganut kebudayaan tersebut. Kebudayaan tersebut memang pantas dan wajib untuk terus dilestarikan agar tidak hilang karena peradaban modern.

Sunan Pandanaran adalah tokoh yang berperan penting dalam psroses penyebaran agama Islam di daerah Bayat. Masyarakat yang tinggal di dekat kompleks makam tersebut sangat menjaga kelestarian makam. Makam tersebut selalu dijaga kebersihannya. Para peziarah dilarang memakai alas kaki jika hendak berziarah ke makam. Jika berada di sekitar makam peziarah/pengunjung tidak boleh melakukan hal-hal negative, karena makam tersebut merupakan tempat suci.


B.   Tujuan Kunjungan

Tujuan dari kunjungan ini antara lain:
1.      Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
2.      Menambah pengetahuan tentang daerah Bayat.
3.      Mempelajari dan melestarikan kebudayaan daerah Bayat.
4.      Mengetahui sejarah penyebaran agama Islam ke daerah Bayat.

C.   Manfaat Kunjungan
Manfaat dari kunjungan antara lain  :
1.  Mengenal tempat-tempat yang menjadi ciri khas daerah Bayat.
 2.  Mengetahui asal usul dari tempat-tempat dan karya-karya seni daerah Bayat.
3.  Mempererat kerjasama antar anggota kelompok .
4.  Dapat menghargai budaya daerah sendiri.





BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

A.   Laporan Kunjungan ke Desa Melikan
Kami melakukan kunjungan ini pada tanggal 28 April 2012. Untuk mencapai Desa Melikan di Kecamatan Bayat tersebut hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan menggunakan sepeda motor. Kami melakukan kunjungan di desa penghasil gerabah tersebut sejak pukul 09.00 sampai pukul 12.00 WIB.
Desa Malikan merupakan desa yang terkenal dengan gerabahnya. Hampir disepanjang jalan di desa tersebut semua warganya adalah pengrajin gerabah. Gerabah merupakan mata pencaharian utama warga di desa tersebut.
Pembuatan dapat dikatakan sulit dan juga dapat dikatakan mudah, sulit bagi pemula dan mudah bagi yang sudah berpengalaman. Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk setiap pengrajin, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan.
Yang membedakan pembuatan gerabah daerah Bayat dengan daerah lain adalah alat yang digunakan untuk membentuk gerabah yang biasa disebut dengan perbot, perbot yang biasa digunakan oleh para pembuat gerabah daerah Bayat adalah perbot tegak dan perbot miring, perbot tegak biasanya digunakan oleh kaum laki-laki, sedangkan perbot mirng yang merupakan ciri khas dari alat pembuatan gerabah daerah Bayat biasanya digunakan oleh kaum perempuan, karena menurut adat daerah tersebut kaum laki-laki lebiih baik menggunakan perbot tegak. Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai oleh masing-masing pengrajin gerabah.
Alat yang digunakan dalam pembuatan gerabah antara lain:
1.      Perbot
a.       Perbot Tegak
b.      Perbot Miring
2.      Cetakan (Gipsum)
Gipsum digunakan untuk mencetak gerabah yang tidak dapat dibentuk dengan perbot. Contohnya bentuk seperti bola, bentuk daun dll.
                        Bahan yang digunakan dalam pembuatan gerabah antara lain:
1.      Tanah Liat
Tanah liat merupakan bahan utama pembuatan gerabah. Macam-macam warna tanah yang digunakan adalah merah, coklat, abu-abu, orange, hitam, putih. Warna cerah biasanya untuk pembuatan gerbah dalam suhu tinggi, tanahnya biasanya tanah yang berasal dari batu feldspar dan kaolin. Kaolin juga sering digunakan untuk membuat keramik lantai. Sedangkan untuk membuat gerabah seperti tungku dan kali menggunakan tanah hitm karena struktur tanahnya berpori-pori besar dan mudah menyerap air. Bahan tanah liat awalnya berbentuk kasar seperti batu-batu dalam ukuran kecil. Sebelum digunakan untuk membuat gerabah, terlebih dahulu tanah tersebut digiling atau dihaluskan menggunakan alat yang sering disebut dengan mollen.
2.      Pasir
Untuk membuat gerabah biasa, tanah liat dapat dicampur dengan pasir 10%.
Tahapan proses pembuatan gerabah :
a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2). Mempersiapkan bahan campurannya
3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki pengrajin. Hampir semua pengrajin gerabah daerah Bayat masih menggunakan alat tradisional. Walaupun  begitu hasiln kerajinannya dapat diperhitungkan nilai jualnya.
 Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan pengrajin gerabah tradisional di Bayat adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1). Penumbukan bahan sampai halus.
2). Pengayakan hasil tumbukan
3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan gerabah masing-masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat badan gerabah pada saat pembentukan dan pembakaran.
c. Tahap pembentukan badan gerabah.
Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik putar dan teknik cetak. Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen. Ornamen tersebut misalnya tempat mengalirnya air pada kendi. Pada umumnya teknik cetak hanya digunakan jika badan gerabah tidak dapat dibentuk dengan teknik putar.
d. Tahap pengeringan.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari.
e. Tahap pembakaran.
Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali. Gerabah tersebut dibakar disebuah alat yang masyarakat Desa Melikan sering menyebutnya dengan tungku. Tungku tersebut berbentuk lingkaran yang biasanya tersusun dari batu-bata, dibagian bawahnya terdapat celah kecilyang digunakan untuk memasukkan kayu yang digunakan untuk membakar gerabah. Tungku tersebut diameternya kurang lebih 1,5 meter, tingginya dari bagian untuk mengisi kayu kurang lebih 1 meter.
d. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain. Untuk gerabah yang menggunakan warna-warna mengkilap cat yang digunakan untuk mewarnai gerabah dapat dicampur dengan bensin atau minyak lain yang sejenis.


             B. Komplek Makam Sunan Pandanaran
Setelah mengetahui banyak informasi tentang proses pembuatan gerabah, selanjutnya dilanjutkan kunjungan ke Kompleks Makam Sunan Pandanaran. Makam Sunan Pandaran hingga kini masih dibanjiri para peziarah. Mereka datang dari berbagai daerah, selain dari daerah Klaten dan sekitarnya juga berasal dari kota- kota besar di tanah air. Terlebih pada malam Jum'at Legi dan Jum'at Kliwon, kompleks makam penuh sesak orang yang hendak berziarah. Para pelajar yang hendak  mengikuti ujian sering datang ke makam tersebut untuk meminta kemudahan dalam menghadapi ujian, banyak yang percaya bahwa jika siswa datang berziarah ke mkam tersebut akan diberi kemudahan namun banyak juga yang berkata hal lain.
Bukit tempat makam tersebut berada sering disebut dengan nama Gunung Jabalkat. Jabalkat berasal dari kata Jabal Katt artinya Gunung yang tinggi dan jauh. Banyak kalangan yang meyakini bila makam yang berada di puncak Gunung Jabalkat dengan ketinggian 1.750 meter di atas permukaan air laut bisa menghantarkan menjadi kaya raya dan melanggengkan kedudukan di Pemerintahan. Kisaran tujuan seperti ini sebenarnya hanya napak tilas dari Sunan Pendanaran yang konon amat kaya dan memegang kedudukan tinggi di Semarang sebelum disadarkan oleh Sunan Kalijaga. Menurut sejarah, Sunan Pandanaran adalah Bupati pertama Semarang. Semasa menjadi Bupati ia menggunakan nama Ki Ageng Pandanaran II. Dan ketika menjadi penguasa nomor satu di Kabupaten Semarang ia terkenal dengan kecongkaan dan kesombongannya. Selain itu, Ki Ageng Pandanaran II selalu mengagungkan harta kekayaannya.
Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II), Ki Ageng Pandanaran, atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Tokoh ini terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.
Ki Ageng Pandanaran pernah mendirikan Masjid yang diberi nama Masjid Gala tepatnya di puncak gunung Jabalekat yang berada di desa Tembayat. Hingga akhir hayatnya ia diberi tugas syiar Islam oleh Sunan Kalijaga daerah Bayat dan sekitarnya. Perihal Masjid Gala yang di bangun oleh Sunan Pandanaran di atas gunung Jabalekat itu punya cerita yang amat menarik pada waktu itu, jika Ki Ageng Pandanaran tengah mengumandangkan adzan subuh dari masjid, konon suaranya terdengar sampai keraton Demak yang jaraknya lebih dari 100 km dari Bayat. Karena masih tidur dan merasa terganggu, ada seorang pejabat Demak yang kemudian mengutus prajuritnya. Untuk mengingatkan adzan Ki Ageng Pandanaran serta merta meminta untuk menurunkan letak masjidnya.
Lantaran kezuhudannya terhadap Allah SWT, sebelum utusan kerajaan Demak tiba di Jabalekat terlebih dahulu Ki Ageng Pandanaran sudah menurunkan letak masjid dari gunung Jabalekat sedikit ke bawah dengan di Bantu para santri dan jin muslim. Konon dalam memindahkan kayu - kayu masjid, cukup diikatkan dengan tali kain surbannya. Allah Maha Besar, melalui perantara hamba-Nya, Sunan Pandanaran, masjid yang usianya lebih dari 500 tahun itu bisa dipindahkan cukup hanya dengan beberapa tali sorban Sang Ulama Besar itu.
Jasa Sunan Pandanaran amat besar. Sampai kemudian Sunan Kalijaga berkenan datang meresmikannya sebagai Wali pada malam Jum'at Kliwon dalam bulan ruwah dengan gelar Sunan Tembayat.





BAB III
A.   Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa karya seni milik negeri sendiri bahkan daerah sendiri wajib kita pelajari dan kita lestarikan agar tidak lapuk termakan perkembangan zaman dan agar tidak diakui oleh orang ataupun Negara lain. Karena karya seni seperti gerabah merupakan peninggalan para nenek moyang. Dan pastilah nenek moyang kita menginginkan agar kita dapat mencintai karya seni yang tak ternilai harganya tersebut.
Sejarah para sunan juga tidak boleh kita lupakan. Karena dari tokoh tersebut kita dapat mencontoh sikap-sikap positif tokoh tersebut. Kita dapat termotivasi untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain, bangsa dan Negara, dan menjadi orang yang lebih baik dari tokoh-tokoh tersebut. Sunan Pandanaran merupakan tokoh teladan, karena beliau telah berhasil membawa agama Islam masuk ke daerah Bayat.
B.     Saran
Kita wajib mempelajari, mencintai sekaligus melestarikan karya-karya seni yang begitu beragam di Negara tercinta kita ini, Indonesia. Kita dapat memulainya dengan mempelajari karya seni daerah Bayat yaitu, gerabah. Kita juga harus terus mengenang jasa-jasa para tokoh terdahulu seperti Sunan Pandanaran, dengan cara meneladani sikap-sikap positifnya dalam menyebarkan agama Islam di daerah Bayat.



LAMPIRAN LAMPIRAN GAMBAR
1.       Perbot miring dan perbot tegak
     Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(002).jpg              Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(004).jpg 
2.      Cetakan
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(003).jpg
3.      Tungku pembakaran
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(015).jpg    Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(039).jpg
4.      Almari pengeringan
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(012).jpg
5.      Macam-macam Gerabah
                              Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(010).jpg      Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(037).jpg   
                              Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(006).jpg     Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(042).jpg
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(014).jpg     Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(032).jpg
                              Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(025).jpg          Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(024).jpg
6.      Masjid buatan Sunan Pandanaran                
  Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(046).jpg     Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(047).jpg
7.      Bangunan-bangunan disekitar kompleks makam
                             Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(053).jpg         Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(054).jpg
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(055).jpg     Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(045).jpg





8.      Pendopo
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(065).jpg      Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(067).jpg
Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(066).jpg 
  Description: C:\Users\Win-7\Pictures\pagerjurang\28042012(068).jpg